19 April
2013
Maasirol Muslimin Jama’ah Jum’at rohimakumulloh
Alhamdulillah, segala
puji bagi Allah yang senantiasa melimpahkan karunia-Nya, nikmat yang tak pernah
berhenti mengalir seiring dengan desah nafas kita. Keimanan yang menyirami
sanubari, rasa ukhuwah dan persaudaraan yang menyemai jiwa. Takwa yang
berada di hati hendaklah terwujud dalam amal nyata.
Dari mimbar jumat ini
khotib mengajak, marilah kita senantiasa berupaya meningkatkan kualitas keimanan
dan ketakwaan kepada Allah swt. Takwa yang bermakna luas dan mendalam.
Takwa dalam arti
menjalankan segala perintah Allah dengan semampu kita, meninggalkan larangan
Allah tanpa memilih-milih mana yang sesuai dan tidak cocok dengan nafsu kita.
Wujud ketakwaan yang akan melahirkan kehidupan yang islami, harmonis penuh keakraban dan saling bahu
membahu, peduli dan kasih sayang kepada sesama saudara seiman.
Allah SWT
berfirman:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ
إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ [آل عمران: 102] .
“Wahai orang-orang yang
beriman bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa, dan
janganlah kalian mati kecuali dalam keadaan beragama islam.” (Ali-Imran
102)
Maasirol Muslimin Jama’ah Jum’atrohimakumulloh
Dalam kehidupan
sehari-hari yang kita jalani, berbagai macam cara yang ditempuh oleh manusia
untuk mencari sesuatu yang dapat melegahkan jiwanya, mencari kemuliaan di
tengah-tengah manusia. Bebagai cara dilakukan, baik dengan cara yang terhormat
ataupun bukan, yang sesuai dengan tuntunan syariat ataupun bukan. Bahkan kadang
tak memperdulikan nilai-nilai norma dalam agama dan masyarakat. Ketika
kebutuhan jiwa terpenuhi, perasaan bahagiapun tersegarkan, kemudian merasa
bangga dan mulia. Namun kadang kala kebanyakan orang melupakan hakikat dan
karakteristik kemuliaan yang sebenarnya yang Allah SWT gambarkan di dalam
Al-Quran.
Di antara
begitu banyak nilai kemuliaan yang disampaikan di dalam Al-Quran, ada beberapa
karakter yang akan khatib sampaikan pada kesempatan khutbah jumat kali ini.
karakteristik pertama yang diungkapkan Al-Quran adalah: Orang-orang yang mulia
yaitu mereka berjalan di muka bumi dengan rendah hati, tak dibuat-buat, tak
pamer, tak sombong, tidak pula memalingkan pipi ketika bertemu. Karena
berjalannya manusia sebagaimana halnya seluruh gerakan, adalah ungkapan dari
kepribadian, dan perasaan-perasaan yang ada dalam dirinya. Sehingga jiwa yang
tenang, lurus, mulia, serius dan mempunyai tujuan, akan menampilkan sifat-sifat
ini dalam cara berjalan orang tersebut. Al-Quran menggambarkan:
الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الأرْضِ
هَوْنًا
"Yaitu orang-orang yang
berjalan di atas bumi dengan rendah hati" (Al-Furqon: 63)
Maksud ayat ini
sebagaimana penjelasan ustadz Sayid Qutb: "Bukanlah makna kalimat ini
adalah bahwa mereka berjalan dengan gontai, kepala tertunduk, lemah dan lesuh,
seperti dipahami sebagian orang yang ingin menampilkan ketakwan dan kesholihah.
Rosulullah sendiri jika berjalan maka beliau berjalan dengan tegap. Beliau
adalah orang yang paling cepat berjalan, paling baik jalannya, dan paling
tenang."
Abu Hurairoh
berkata: "Saya tak melihat sesuatu yang lebih indah dari Rosulullah,
seakan-akan matahari berjalan di wajah beliau. Saya tidak melihat orang yang
lebih cepat jalannya dari Rosulullah, seakan-akan bumi tertekuk bagi beliau.
Sehingga ketika kami berusaha mengejar ritme berjalan beliau, kami melakukannya
dengan cukup sulit. Padahal beliau berjalan dengan tenang tanpa
kesulitan."
Maasirol Muslimin Jama’ah Jum’atrohimakumulloh
Karakteristik
kemuliaan yang kedua bagi orang beriman adalah: Mereka adalah orang-orang yang
tersibukkan malam-malam mereka dengan sujud kepada Zat yang Maha Mulia. Mereka
terjaga di tengah malam ketika manusia tidur. Mereka sujud dan berdiri
mengerahkan hati mereka ke Arsy Ar-Rahman yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.
Allah SWT
berfirman:
وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ
نَافِلَةً لَكَ عَسَى أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُودًا ( الإسراء:
"Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu
sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke
tempat yang mulia". (Al-Isra : 79)
Orang-orang yang mulia tak pernah mengharapkan kemuliaan dari
manusia, karena sumber kemuliaan adalah dari Allah semata.
Maasirol Muslimin Jama’ah Jum’atrohimakumulloh
Karakteristik ketiga adalah: Kesederhanaan dan keseimbangan dalam
kehidupan mereka. Hal ini diungkapkan oleh Al-Quran sebagaimana firman Allah:
وَالَّذِينَ إِذَا أَنْفَقُوا لَمْ
يُسْرِفُوا وَلَمْ يَقْتُرُوا وَكَانَ بَيْنَ ذَلِكَ قَوَامًا
"Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka
tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di
tengah-tengah antara yang demikian."
(Al-Furqon: 67)
Ini adalah
sifat islam yang diwujudkan dalam kehidupan pribadi dan masyarakat. Juga
menjadi arah pendidikan dan hukum islam yang dibangun atas dasar keseimbangan
dan keadilan.
Seorang muslim
tidaklah bebas mutlak dalam menginfakkan dan membelanjakan harta pribadinya
sekehendak hatinya seperti yang terdapat dalam system kapitalis, dan pada
bangsa-bangsa yang hidupnya tak diatur oleh hukum ilahi dalam semua bidang.
Namun penggunaan uang itu terikat dengan aturan menyeimbangkan antara dua
perkara yaitu antara sikap berlebihan dalam menginfakkan dan terlalu menahan.
Karena sikap berlebihan atau terlalu menahan harta menghasilkan ketidak
seimbangan di tengah masyarakat dan bidang ekonomi. Menahan harta menimbulkan
masalah-masalah, demikian juga melepaskannya tanpa kendali. Padahal harta itu
adalah alat sosial untuk mewujudkan kepentingan-kepentingan sosial.
Sementara Islam
mengatur segi kehidupan ini dengan memulainya dari jiwa individu. Sehingga,
menjadikan keseimbangan itu sebagai satu karakter dari karakter-karakter
keimanan. Allah berfirman:
وَكَانَ
بَيْنَ ذَلِكَ قَوَامًا
"… dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang
demikian." (Al-Furqon: 67)
Maasirol Muslimin Jama’ah Jum’atrohimakumulloh
Karakter yang ke empat adalah: Orang-orang yang mulia senantiasa
menjaga kemurnian tauhid di dalam dadanya, menjaga kehormatan orang lain dan
menjaga dirinya dari perbuatan dosa-dosa besar. Hal ini digambarkan oleh Allah
dalam firmannya:
وَالَّذِينَ لا يَدْعُونَ مَعَ اللَّهِ
إِلَهًا آخَرَ وَلا يَقْتُلُونَ النَّفْسَ
الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ
إِلا بِالْحَقِّ وَلا يَزْنُونَ وَمَنْ
يَفْعَلْ ذَلِكَ يَلْقَ أَثَامًا
"Dan orang-orang yang tidak menyembah Tuhan yang lain beserta
Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali
dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan yang
demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya)". (Al-Furqon: 68)
Mentauhidkan
Allah adalah pondasi akidah islamiyah. Menghindarkan diri dari menganiyaya orang
lain, membunuh manusia tanpa hak adalah persimpangan jalan antara kehidupan
sosial yang tenang yang padanya kehidupan manusia dihormati dan dihargai dengan
kehidupan hutan yang padanya seorang tak merasa aman terhadapan nyawanya.
Adapun mencegah diri dari perbuatan zina merupakan persimpangan jalan antara
kehidupan yang bersih yang padanya manusia merasakan peningkatan dirinya dari
perasaan hewani yang hitam pekat.
Karena ketiga
sifat ini menjadi persimpangan jalan antara kehidupan yang pantas bagi manusia
yang mulia di mata Allah dengan kehidupan yang murah dan rendah hingga ke
tingkatan hewan. Maka Allah menyebutnya dalam karakter-karakter para hamba
Allah. Mereka adalah makhluk yang paling mulia di sisi Allah.
Kaum muslimin
jamaah sholat jumat yang dimuliakan Allah
Diantara
karakter kemuliaan yang digambarkan Al-Quran terhadap hamba beriman
adalah: Mereka tidak memberi kesaksian palsu maupun ucapan dusta dan tidak
menyibukkan diri dengan hal-hal yang tidak berfaedah. Karena orang yang beriman
mempunyai urusan tersendiri yang menyibukkannya dari kelalaian, hura-hura dan
berbicara kosong. Orang-orang beriman tak memiliki waktu kosong untuk
bermain-main yang tak berarti, karena ia disibukkan dengan tuntutan
keimanannya, dakwahnya dan beban-beban tugasnya yang ia tanggung. Allah
berfirman:
وَالَّذِينَ إِذَا ذُكِّرُوا بِآَيَاتِ
رَبِّهِمْ لَمْ يَخِرُّوا عَلَيْهَا صُمًّا وَعُمْيَانًا
"Dan orang-orang yang apabila diberi peringatan dengan ayat-
ayat Tuhan mereka, mereka tidaklah menghadapinya sebagai orang- orang yang tuli
dan buta." 9Al-Furqon:73)
Karakteristik yang
terakhir digambar oleh Al-Quran melalui firman Allah:
وَالَّذِينَ يَقُولُونَ
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا
وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ
أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
Maasirol Muslimin Jama’ah Jum’atrohimakumulloh
"Dan orang-orang yang berkata: "Ya Tuhan kami,
anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai
penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.
(Al-Furqon: 74)
Ini adalah
perasaan fitrah keimanan yang mendalam. Perasaan senang untuk menambah bilangan
orang-orang yang berjalan di jalan Allah. Tidak cukup kesholihahan adalah milik
pribadi, orang-orang yang beriman juga selalu menyenandungkan doa-doa untuk
menambah jumlah orang-orang menyembah Allah. Dan yang pertama adalah keturunan
dan pasangan mereka . Karena mereka itu adalah orang-orang yang terdekat dengan
mereka, mereka itu adalah amanah yang paling pertama yang akan ditanyakan
kepada mereka.
Mereka juga
berkeinginan agar orang-orang beriman merasakan bahwa ia menjadi teladan bagi
kebaikan, dan dijadikan contoh oleh orang-orang yang ingin menuju Allah. Dalam
hal ini, tidak ada indikasi kesombongan atau merasa hebat karena suluruh
rombongan berada dalam perjalanan menuju Allah. Itulah hamba-hamba Allah yang
maha penyayang, yang akan mendapat kemuliaan sesungguhnya berupa surga di sisi
Allah.Swt.
Amin ya robbal alamin DOC..CAJUS